Hey.
It’s been a month since I had my last ‘me time,’ here.
It’s been a hectic month that brought me down to know my
knees, though there's still great things that happened there and should be grateful for.
Semua kesibukan kemarin: persiapan KKN, Anjang Karya, dan tetekbengek perkuliahan ngebikin sadar
sama kualitas diri yang sangat biasa-biasa aja. KKN, kemampuan selling gue
sangat dipertanyakan. No coupon sold, no proposals accepted. Dari situ, pelajaran
yang bisa dipetik ialah bahwa sebagus apapun pengalaman, kinerja yang dilakukan
sebagai hasil dari pengalaman lah yang mampu mencerminkan dan membuktikan
kualitas diri.
Anjang Karya, nampol gue kalo sebenernya past mistakes yang dilakuin
masih belom dipelajari sepenuhnya.. Buktinya? gabisa gercep ketika ada masalah
baru tiba, work rate masih belum memuaskan. *sigh*
Dua minggu sebelum ini adalah dua minggu yang menguras hati
dan pikiran. Segalanya jadi beban. Ketika dipress oleh situasi seperti itu,
harus gue akui kalo gue gabisa ngasih yang terbaik. Handling pressure gue masih
harus ditingkatkan.
Ketika salah satu kelar, kekhawatiran gue pun menurun. Gue
lega, di awal minggu.
Dan, pada waktu yang sangat tepat, kemarin, gue ngeliat post
humansofny yang cukup menohok, dimana seseorang berkisah tentang betapa
kegagalannya dalam percobaan menaikkan kariernya di usia 40 berefek menyulitkan
keluarga, dan istrinya. Puncaknya, adalah ketika ia berpikir bahwa hal yang ia
lakukan saat itu bukan untuknya (familiar thought, eh?). Berikut kepsyennya:
“I
first ran for Congress in 1999, and I got beat. I just got whooped. I had been
in the state legislature for a long time, I was in the minority party, I wasn’t
getting a lot done, and I was away from my family and putting a lot of strain
on Michelle. Then for me to run and lose that bad, I was thinking maybe this
isn’t what I was cut out to do. I was forty years old, and I’d invested a lot
of time and effort into something that didn’t seem to be working. But the thing
that got me through that moment, and any other time that I’ve felt stuck, is to
remind myself that it’s about the work. Because if you’re worrying about
yourself—if you’re thinking: ‘Am I succeeding? Am I in the right position? Am I
being appreciated?’ – then you’re going to end up feeling frustrated and stuck.
But if you can keep it about the work, you’ll always have a path. There’s
always something to be done.”
Siapa yang diwawancarai oleh humansofny saat itu?
Barack Obama.
Kenapa kata- kata tersebut menohok gue? Relatable? Jelas.
Terutama, di bagian ‘worrying about yourself’.
Ya, hal itu ada: kerap kali merasa frustrated
and stuck, dikarenakan mengkhawatirkan kecocokan gue dengan apa yang dilakukan,
bukan mengkhawatirkan masalah yang sebenernya ada. Paragraf-paragraf introspektif diawal sebelum bagian caption bisa jadi merupakan contoh konkritnya. Kalimat selanjutnya mungkin lucu, mengingat tulisan ini merupakan tulisan introspektif: Gue terlalu banyak introspeksi diri, sampai ke fase dimana gue mengkhawatirkan diri gue terlalu sering.
Simpelnya,
I asked those questions to myself too much:
‘Am I succeeding? Am I in the right position? Am I being appreciated?' And so on.
Kekhawatiran akan diri
sendiri seperti telah mengalihkan mata dan kepala gue dari apa yang sebenarnya
terjadi, masalah yang ada. So distracting, that this self-worrying attitude
should be nominated for my no.1 distractor.
And I do have to
admit that If it’s not because my self-worrying attitude, I should’ve done a
lot more, and a lot better.
It’s indeed okay to be introspective,but at the same time I
do have to remind myself that the world doesn’t revolve around me. Masalah akan tetap ada, dan terjadi, betapapun reaksi gue kepada masalah tersebut. Ya, gue mesti arahkan lagi pendekatan akan
masalah – masalah yang menerpa gue.
Padahal, gue ingat dan faham betul betapa ketika gue fokus kepada
masalah, maka masalah yang ada akan terselesaikan, bersama dopamine gue yang
makin terpuaskan.
Yes, I do love solving
problems :)
Harapan yang ada bersama dengan nulis ini adalah gue jadi lebih sadar soal ini semua.
Kemudian melakukan usaha untuk mengimprove hal-hal tersebut.
Lebih baik sadar sekarang daripada nanti, bukan? :)
Sekali lagi gue nyatakan kalo rada lucu nulis tulisan introspektif tentang kebiasaan introspeksi yang terlalu sering. Introspekception. Yah, tulisan introspektif gini paling enak dibikin sih, kalo gak introspektif gue gapunya bahan tulisan dong.
Btw taugasi kalo ketika suatu kata diulang-ulang dalam jangka waktu singkat, pembaca akan meragukan eksistensi kata-kata tersebut? Gue udah ngulang kata introspeksi dan introspeksi banyak banget nih, mampus lo hahahah.
Ah whatever.
Anyway, gue nulis ini sebagai self note aja. I published this on my blog because I couldn’t ignore the possibility that those things happened to me resembles your current events, too. If it does, I do hope that this post could enhance your perspective to face your own problem. Cheers!
Btw taugasi kalo ketika suatu kata diulang-ulang dalam jangka waktu singkat, pembaca akan meragukan eksistensi kata-kata tersebut? Gue udah ngulang kata introspeksi dan introspeksi banyak banget nih, mampus lo hahahah.
Ah whatever.
Anyway, gue nulis ini sebagai self note aja. I published this on my blog because I couldn’t ignore the possibility that those things happened to me resembles your current events, too. If it does, I do hope that this post could enhance your perspective to face your own problem. Cheers!
0 comments:
Posting Komentar